Thursday, February 11, 2016

# syeptidjournal

Social Media Phenomenon

Di post ini aku kepingin ngomongin soal sosial media. Sosial media dalam bentuk apapun misalnya facebook, instagram, aplikasi chatting dll.
Sebenarnya fenomena ini udah terjadi semenjak sosial media ada. Yang mau saya bahas dari post ini adalah Be a Smart user. Jadilah pengguna sosial media yang baik.
Fenomena yang terjadi belakangan ini yang rada buat saya risih diantaranya adalah

1. Share berita hoax. 
Share berita hoax itu gak banget lah. Tapi yang saya sayangkan adalah kebanyakan orang yang share tidak tau itu hoax. User berpikir bahwa itu berita bagus lalu di share tanpa ada sumber yang jelas.
Contohnya adalah


Jujur, link diatas mungkin bagi sebagian orang adalah informasi penting. Tapiiiiii, yang perlu diingat adalah jelaskah sumbernya dari mana? adakah jaminannya? Bahkan website/blog yang dipakai tidak resmi atau blog pribadi yang ingin mendapat banyak pengunjung dan keuntungan. Kan kasian kalau ada yang nyoba rupanya malah hasilnya ga diinginkan. Kalau sembuh sih gak apa-apa. Tapi saya sendiri gak percaya berita beginian. 



Percakapan ini saya ambil dari salah satu grup chatting saya. Memberikan informasi tanpa ada sumber yang jelas itu saya rasa gak bijak sama sekali. Apalagi kejadian masalah pem-bom-an kemarin yang notabene kejadiannya hanya terjadi di Sarinah. Menyebarkan berita begitu bisa fatal, kasian orang - orang yang percaya. Kalau mau menyebar berita seperti itu baiknya ambil dari berita/postingan/sosial media yang sudah resmi/official.

2. Malu bertanya sesat dijalan
Ungkapan diatas benar kok. Cuma, kalau menanyakan sesuatu di sosial media yang sebenarnya bisa kita cari di google jauh lebih praktis dan tidak merepotkan orang lain toh? Kalau memang sudah baca google tapi gak ngerti baru deh tanya :)
Saya gak bisa kasi capturean karena lagi - lagi saya temukan di grup chatting tapi udah dari jaman dahulu kala jadi susyeh. 
Contoh nya :

Ani : beli produk sk-ii online dimana ya yang trusted?
Baby : oh ada di @skiiworld atau @lovebyapril
Ani : terimakasih
Cumi : terimakasih

2 hari kemudian.....

Cumi : beli produk beli produk sk-ii online dimana ya yang trusted?
Baby : kemarin udah saya kasi @skiiworld atau @lovebyapril
Cumi : itu trusted kan?

Oh please, saya kalau jadi B bakalan gondok sendiri liat orang begini. Ya dikepoin dulu kek itu instagramnya, liat testimoni, followers dan antek - anteknya. Kesel ga? Apa saya aja?

Nih contoh yang lain, 

Jeruk : Ada yang pernah pake regimenya www.acne.org?  
Cumi : Itu produk apa acne.org? Bisa kasi liat picturenya? Coba discreenshot taro disini. 
*hening*
Saya : Saya pake regimenya www.acne.org. Coba ke bagian download disana ada penjelasan ingredients yang harus dihindari dan produk apa yang direkomendasikan.
Jeruk : terimakasih. Kamu pake produk apa?
Cumi : @saya itu maksudnya apa sih?

Ya, orang yang sama yang nanya hal begituan, si Cumi. Saya sedih campur kesel sebenarnya. Why oh Why? kenapa gak googling dulu atau gimana atau gimana. Ah saya sedih pokoknya. Dan sampai sekarang si Cumi masih sering aktif melakukan hal seperti itu dan akhirnya ada yang negur. 
"Coba kamu cari aja di google, dari kemarin udah dijelasin panjang lebar sama si Tomat"

Kejadian seperti ini juga sering terjadi di sosial media seperti Instagram, Youtube ataupun Ask.fm.
Sudah jelas semua tertulis di bagian description box. Tapi apa daya. Mereka bertanya hal yang sama yang sudah dijelaskan di description box. 

3. Lepas dari konteks.  
Kemarin lagi booming - boomingnya masalah perbedaan Dilarang Parkir dan Dilarang Stop.

sumber
Akhirnya sosial media beraksi. Banyak orang yang akhirnya mencemooh para polisi dan mem-posting foto bagaimana para polisi juga pernah melakukan hal yang sama. 

sumber
Tindakan mem-posting foto polisi melakukan kesalahan menurut saya sudah beda konteks. Yang diperdebatkan adalah masalah apa perbedaan Dilarang Stop dan Dilarang Berhenti. 

Fenomena ini dikenal dengan istilah Ad hominem (Ad hominem (yang berarti "tertuju pada pribadi atau karakter seseorang"), yang merupakan singkatan dari argumentum ad hominem, adalah upaya untuk menyerang kebenaran suatu klaim dengan menunjuk sifat negatif orang yang mendukung klaim tersebut.[1] Penalaran ad hominem biasanya dipandang sebagai kesesatan logika. sumber). 

Jadi para netizen sekarang ini lebih memilih untuk menyerang karakter seseorang, bukan lagi membahas tentang permasalahan yang terjadi sebenarnya. 

Hal yang sama bisa kita temui pada masalah kopi sianida. Latar belakang keluarga J diserang habis - habisan. Padahal yang dituduh sebagai tersangka adalah J bukan seluruh keluarganya. Bahkan untuk mencemooh J pun kita gak seharusnya melakukan itu. Apalagi kemarin pas si J baru jadi saksi tapi semua orang sudah mencemooh J beserta keluarganya. Saya sih takutnya dia gak kebukti bersalah. Kasian keluarganya. 
Kalaupun J terbukti bersalah tapi kita gak seharusnya mencemooh keluarganya juga. Mereka kan gak tau apa - apa. Yang bersalah J bukan seluruh keluarganya (kalau keluarga tidak terlibat)

Sekian curhat - curhat syantiek saya. Kalau ada yang tidak berkenan mohon dimaafkan. Ini opini pribadi beserta orang - orang dekat saya. 

Have a nice day~


No comments:

Post a Comment