Wednesday, January 13, 2016

# syeptidjournal

Lesson Learned

Wah, Pondok Gede hujan gede dari tadi pagi. Jam 10 pagi saya pergi ke ATM sekalian mau beli kartu perdana yang udah ada kuotanya (lebih murah dan gak mau rugi orangnya) karena memang HP saya dual simcard. Sesampainya di gerai pulsa hujan deras melanda akhirnya saya nungguin sekitar 1 jam tetapi hujan tak kunjung reda juga. Saya orangnya ga sabaran dan dengan gamblangnya saya terjang itu hujan dan yah lumayanlah basahnya.

butek? EMANG. basah? APALAGI

Ngomong - ngomong masalah sabar, saya itu kepingin segala sesuatu berjalan tepat dan cepat dan terkadang karena ketidaksabaran saya mengakibatkan saya harus mengulang suatu pekerjaan (yap! lesson learned). Saya orangnya tepat waktu banget dan gak suka sama orang yang lelet, contohnya kalau janjian jam 5 dari jam 2 juga saya sudah bersiap - siap dan sekitar jam setengah 4 saya sudah berangkat apalagi kalau saya harus bertemu orang baru atau janjian rame - rame. Yang saya gak habis pikir ada orang yang memang sengaja terlambat supaya tidak menunggu. Alasan lainnya kenapa saya tidak suka orang terlambat adalah saya tidak suka menunggu terlalu lama dan saya itu ga sabaran.

Sekarang ini saya harus menunggu. Menunggu sesuatu yang tidak pasti. Fyi, saya sudah lulus kuliah dari September 2015 dan wisuda November 2015.
Saya mendapatkan tawaran wawancara awal pekerjaan sehari setelah ulang tahun saya dan sebelum wisuda pulak!. Senangnya bukan main dan saya lolos sampai tahap wawancara akhir (wawancara user) tetapi saya gagal pada tahap itu dan saya tahu pasti saya bakalan gagal karena mereka mengatakan apakah passion saya sama seperti yang mereka cari, saya katakan tidak karena saya mau jujur dengan kemampuan saya.
Akhirnya setelah menunggu sebulan mereka menghubungi saya kembali dan memberikan tawaran pada posisi yang lain, tentu saja saya bilang "IYA! BAIK" saya langsung wawancara akhir (wawancara user) dan dari 10 orang yang mengikuti wawancara akhir hanya 4 orang yang lolos ke tahap selanjutnya yaitu medical checkup. Setelah hasil medical checkup saya menunggu sekitar 2 bulan dan tepat pada tanggal 23 Desember salah satu teman saya dipanggil untuk sign contract, saya menunggu ditelfon tapi tak kunjung ditelfon juga. Saya menangis, sedih, kecewa dan bilang sama Tuhan "Tuhan kenapa?". Teman saya yang masuk berkata bahwa saat dia sign contract ada yang memang bulan kemarin nasibnya sama seperti saya tidak ditelfon untuk sign contract sekarang tetapi ditelfon untuk sign contract untuk batch berikutnya. Saya senang dan gembira tetapi ada tetap aja hati saya berkata "Tuhan, kenapa gak sekarang? Kalau nanti gak ditelfon gimana? Saya sudah siap kok Tuhan. Saya mau bekerja" tetapi jawaban Tuhan beda "Bukan sekarang".
Berpikir positif adalah jalan satu - satunya supaya hati saya tidak gundah dimana harus mengatakan kepada orang tua saya belum diterima, saya berpikir kalau saya sign contract sekarang saya gak bakalan bisa menikmati Natal dan Tahun Baru bersama keluarga saya. Walaupun memang, saya menjalani Natal bersama Ayah, Abang dan kakak kedua saya (yap! tanpa ibu) dan tahun baruan saya jalani bersama ibu dan kakak kedua saya (yap! tanpa ayah). Ya, begitulah keluarga saya, gak ada keluarga yang sempurna kan? Bersyukur yang saya lakukan, bersyukur masih bisa menjalani Natal, gereja, tahun baruan, makan Hanamasa, Pizza Hut pokoknya all about junk food. 

Sekarang sudah bulan Januari, saya sudah mengikuti beberapa job fair, apply sana sini dan tidak ada yang memanggil. Terkadang saya berpikir "Kenapa sih begini banget?" yang saya kerjakan hanya mengeluh, bagaimana tidak mengeluh ada yang mengatakan pada saya "Daripada gak dapat - dapat kerja (hmm) daftar saja S2" "Saya belum tau thesis mau seperti apa, saya masih belum tau mau ambil jurusan yang linier atau yang lain, S2 itu perlu proposal thesis" "Ya, buat saja proposalnya". Terkadang orang bahkan gak berpikir, saya manusia biasa. S2 gak segampang membalikkan tangan (walaupun bagi sebagian orang itu hal kecil atau ya coba saja) tapi saya berpikir ini bukan hal main - main.
Saya menangis, instead of memberikan kata - kata yang menyakitkan kenapa tidak memberikan kata - kata dukungan yang simpel seperti "Sabar ya sep, pasti bakalan kerja kok, tenang ya kami doakan" .
Setiap hari saya dirumah sendiri, tidak ada ayah, ibu, kakak atau abang. Ya, saat seperti ini enak banget buat MENGELUH, timingnya pas banget buat nangis, mengeluh, mengutuki diri sendiri dan marah sama Tuhan. Kenapa sih? kenapa?

Faktanya adalah, saya baru 4 bulan tidak dapat kerja sedangkan yang lain bisa lebih dari ini dan masih semangat (lesson learned) dan memang perusahaan yang saya daftar rata - rata perusahaan besar dan BUMN (wajar kan di php-in *hihi*) . Saya punya rumah di Bekasi dan saya gak perlu jauh - jauh untuk mengikuti tes dimana orang lain harus merantau ke ibukota buat cari pekerjaan dan tetap semangat (lesson learned).



Saya sekarang sedang dalam fase picik (ngerasa hidup saya berat banget, saya itu sial banget), sensitif, mudah tersinggung, iri sama orang yang udah kerja (padahal lulusnya lebih duluan daripada saya, pinternya melebihi saya), mengutuki diri sendiri, nangis, kecewa, sakit hati dan marah. 

Saya kurang bersyukur, kurang melihat keadaan sekeliling, kurang mengambil makna dari ini semua. 
God wants to build my character, God works in a right time and right place when He thinks that I am ready and in a special ways I can't imagine of. All I need is praying, trying and waiting for His excellent job (lesson learned). All I know now is my God loves me so much. 



Hope I can get a job later in a right time. In a God's right time and right place.

Be blessed and positive.

No comments:

Post a Comment